Dinamika Atmosfer Lautan
Ada dua hal penting yang perlu diketahuii
dalam dinamika atmosfer lautan yang merupakan potensi utama dalam menentukan karakter
lautan itu sendiri,
yaitu :
1.
Perlu dipahami
bahwa dinamika di laut sangat dipengaruhi oleh adanya sirkulasi laut global
yang melalui wilayah Indonesia.
2.
Adanya sirkulasi
atmosfer yang bersifat musiman sehingga terjadi sirkulasi yang terus-menerus
sepanjang tahun secara bolak balik
Mekanisme Terjadinnya Global Conveyor Belt
Arus yang bersama-sama membentuk arus
sabuk dunia, juga disebut sirkulasi termohalin.
Kata "termohalin"
adalah gabungan dari istilah yang mengacu pada "panas"
(thermo) dan "salinitas"
(haline). Gerakan air yang paling tengah dan dalam di laut ini
didorong oleh perubahan panas dan
salinitas, yang keduanya mempengaruhi
densitas. Ini pergerakan global conveyor belt
yang menunjukkan pola
sirkulasi umum dari laut, dimana air tenggelam di
Laut GIN (Greenland, Islandia, Norwegia) wilayah
Atlantik Utara, menjadi dingin dan perjalanan di
seluruh dunia, di beberapa tempat naik ke permukaan sebagai penghangatan.
Sama seperti suasana dan cuaca, lautan terus "mencari" keseimbangan dengan
mengangkut air hangat dari daerah tropis ke kutub dan air dingin dari kutub
ke daerah tropis.
Sirkulasi global yang dikenal dengan
the Great Conveyor Belt melalui wilayah perairan Indonesia
dikenal sebagai arus lintas Indonesia (Arlindo).
Arlindo merupakan aliran arus
terus-menerus dari Samudra Pasifik ke Samudra Indonesia sebagai saluran air
permukaan hangat yang mengumpul di utara Pulau Halmahera-Papua. Oleh karena
itu, perairan ini memerankan permainan penting dalam dinamika iklim dan
cuaca dunia. Perairan
Utara Halmahera-Papua merupakan perairan yang memiliki karakteristik massa air
yang berbeda dengan perairan wilayah Indonesia lainnya.
Hal
ini disebabkan oleh letak geografis perairan tersebut yang terbuka dengan
Samudra Pasifik. Pada wilayah ini angin pasat yang mantap (steady) terjadi
sepanjang tahun. Di sepanjang perairan tropis Pasifik angin pasat ini
menyeret massa air hangat tropis ke bagian barat samudra dan
selanjutnya mengumpul di wilayah tropis barat Samudera Pasifik (perairan
utara Irian). Oleh karena itu wilayah perairan ini dikenal dengan kolam air
hangat (warm pool).
Kondisi
ini menyebabkan tinggi muka laut rata-rata perairan tropis barat Pasifik lebih
tinggi dibanding tinggi muka laut rata-rata di Samudera Hindia. Air permukaan
ini kemudian masuk ke perairan nusantara yang selanjutnya disebut Arus Lintas
Indonesia (Arlindo). Massa air ini dikenal memiliki suhu hangat (diatas
29ÂșC) dan berkadar garam rendah (kurang dari 32 %o). Hal ini sangat berbeda dengan
air Samudera Hindia yang relatif lebih dingin dan berkadar garam tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar