Kamis, 22 November 2012

PERSIAPAN KOLAM DAN PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp)



4.2.1    Persiapan Wadah
Persiapan wadah dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan wadah pemeliharaan supaya diperoleh lingkungan yang optimal sehingga ikan dapat hidup dan tumbuh maksimal. Tahapan persiapan wadah yang dilakukan meliputi: pengeringan kolam, pengapuran, pemupukan, dan pengisian air.
               Pengeringan kolam dilakukan dengan cara mengeringkan seluruh air yang ada di dalam bak yang kemudian dibuang melalui outlet (saluran keluarnya air) dan dijemur dibawah terik matahari. Kolam yang telah kering dilakukan pengapuran yang bertujuan untuk meningkatkan pH tanah, membunuh bibit penyakit, dan ikan liar yang masih hidup dalam kolam tersebut. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu CaCO3 dengan dosis sekitar 20 g/m2. Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar secara merata pada bagian dasar kolam. Tahapan selanjutnya adalah pemupukan yang dilakukan untuk meningkatkan unsur hara tanah sehingga dapat menumbuhkan pakan alami pada kolam tersebut. Pupuk yang dipakai adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik seperti kotoran ayam dan pupuk anorganik  seperti urea dan TSP. Pemupukan dapat dilakukan dengan cara disebar secara merata atau disebar hanya pada bagian tertentu pada dasar kolam.
               Tahapan akhir pada persiapan wadah adalah pengisian air pada kolam. Sebelum air dimasukkan, pintu pembuangan air harus ditutup terlebih dahulu untuk mencegah hama dan ikan-ikan lain tidak masuk ke kolam. Air dimasukkan dengan cara dipompa dari bak penampungan air ke bak pembesaran ikan lele.
4.2.2 Penebaran Benih Ikan Lele
            Sebelum benih ditebar harus diukur panjang dan ditimbang bobot tubuhnya untuk mengetahui biomassa dan jumlah pakan yang harus diberikan pada ikan. Perbedaan kualitas air antara media pemeliharaan larva dengan media pembesaran benih mengakibatkan benih perlu diadaptasikan (aklimatisasi) terlebih dahulu terhadap kondisi kualitas air (suhu dan pH) dalam wadah pemeliharaan. Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara mengapungkan wadah pengangkutan larva di atas air pada wadah pemeliharaan dan membiarkannya selama beberapa menit agar larva bisa menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang baru.
            Hal lain yang perlu diperhatikan selain aklimatisasi adalah padat penebaran. Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan yang ditebar dalam wadah budidaya per satuan volume atau luas. Pada praktikum ini penebaran dilakukan dengan padat tebar sebanyak 2500 ekor. Padat penebaran  ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain jenis dan tingkah laku ikan, ukuran ikan, ukuran pasar, lama pemeliharaan, produktivitas kolam alami, pakan dan tingkat pemberian pakan, dan metode budidaya. Padat penebaran sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele.
4.2.3 Pemberian Pakan
            Pemberian pakan dilakukan setiap hari dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi, siang, dan malam hari. Pakan yang diberikan adalah pakan buatan berupa pellet. Jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan biomassa ikan yang telah diketahui pada saat sampling. Semakin besar bobot tubuh ikan, maka semakin kecil FR. Pakan diberi dengan cara ditebar di permukaan kolam pemeliharaan.
4.2.4 Pengelolaan Air
            Pengelolaan air bertujuan untuk menyediakan lingkungan hidup yang optimal bagi larva untuk berkembang, tumbuh sehingga diperoleh kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang maksimum. Pada praktikum ini, kegiatan pengelolaan kualitas air yang dilakukan pada wadah pemeliharaan adalah pengukuan pH, oksigen terlarut (DO) , dan pergantian air.
            Pengukuran pH dan oksigen terlarut bertujuan untuk mengukur kesesuaian kadar oksigen dan pH. Jika pH terlalu basa ataupun asam akan menyebabkan pertumbuhan ikan terganggu bahkan dapat mengakibatkan kematian ikan. Pergantian air bertujuan untuk membuang feses, amonia, CO2 dan sebagainya ke luar wadah pemeliharaan. Bahan-bahan yang tidak bermanfaat biasanya mengendap di dasar wadah pemeliharaan dan untuk mengeluarkannya dilakukan dengan cara penyiponan/membuangnya ke luar wadah pemeliharaan. Air yang ikut terbuang diganti dengan air baru sehingga pemeliharaan kembali segar. Selain itu diupayakan penggunaan probiotik dan red bluedog untuk menjaga kualitas air agar tetap sesuai dengan tingkat kelangsungan hidup ikan.
4.2.5 Pemantauan Pertumbuhan           
Pemantauan ikan lele dilakukan dengan cara visualisasi, yaitu dengan menggunaan panca indera dilihat dari segi keseatan ikan dan kualitas air.
4.2.6 Analisa Data
            Analisa data dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu tingkat kelangsungan hidup, konversi pakan, laju pertumbuhan harian, dan pertumbuhan mutlak.
4.2.6.1 Tingkat Kelangsungan Hidup
            Survival Rate (SR) atau tingkat kelangsungan hidup adalah persentase jumlah ikan terakhir yang bertahan hidup dari jumlah  ikan awal. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
SR = Nt   x 100 % =  2000  x 100 %
          No                     2500
                               = 0,8 x 100 % = 80%
Keterangan :    SR : Tingkat kelangsungan hidup larva
                        Nt  : Populasi ikan hari ke-t
                        No : Populasi ikan hari ke-o (awal)

4.2.6.2 Konversi Pakan
                Konversi pakan merupakan parameter yang digunakan untuk melihat pertumbuhan yang terkait dengan jumlah pakan yang diberikan, yaitu mengetahui jumlah berat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan atau penambahan berat badan ikan. Untuk menghitung efisiensi pakan (EPP) dan konversi pakan (FCR) digunakan rumus sebagai berikut :
FCR =           Pa               =                4         = 2,67
            (Wi + Wm) – Wo     (3 + 1) – 2,5

Keterangan :
 Wi : Biomassa ikan pada hari ke-i (kg)
Wo : Biomassa ikan pada hari ke-o (kg)
                       Pa  = Jumlah pakan yang diberikan (kg)
                     Wm = Biomassa ikan yang mati (kg)
4.2.6.3 Laju Pertumbuhan Harian
            Specific growth rate (SGR) atau laju pertumbuhan spesifik merupakan laju petumbuhan harian atau persentase pertambahan bobot per hari. Bobot dan panjang ikan lele akan bertambah selama masa pembesaran.
4.2.6.4 Pertumbuhan Mutlak
            Pertambahan bobot rata-rata tiap hari disebut growth rate (GR) atau pertumbuhan mutlak.

Minggu, 11 November 2012

PURSE SEINE

TINJAUAN PUSTAKA

2.1               Alat Tangkap Purse Seine
Purse seine tergolong dalam alat tangkap jaring lingkar dengan menggunakan tali kerut (purse line) yang terletak di bagian bawah jaring. Dengan adanya tali kerut memungkinkan jaring ditutup seperti pundi-pundi terbalik dan mengurung ikan yang tertangkap. Pukat cincin dapat berukuran sangat besar dan dioperasikan oleh satu atau dua buah kapal. Biasanya purse seine dioperasikan oleh satu kapal dengan atau tanpa bantuan kapal pembantu (Arman, 2011).
Menurut Ayodhyoa (1972), purse seine biasa disebut juga dengan jaring kantong karena bentuk jaring tersebut waktu dioperasikan menyerupai kantong. Pukat cincin kadang-kadang juga disebut jaring kolor karena pada bagian bawah jaring (tali ris bawah) dilengkapi dengan tali kolor yang gunanya untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kolor tersebut. Pukat cincin digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol (scholling) di permukaan laut. Oleh karena itu, jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkappurse seine adalah jenis-jenis ikan pelagis yang hidupnya bergerombol seperti layang, lemuru, kembung, sardinella, tuna. Ikan-ikan yang tertangkap dengan purse seine dikarenakan gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring sehingga pergerakannya terhalang oleh jaring dari dua arah, baik pergerakan ke samping maupun ke arah dalam.

2.2              Deskripsi Alat Tangkap
Satu unit purse seine terdiri dari jaring, kapal, dan alat bantu (roller, lampu, echosounder, dsb). Bagian-bagian purse seine:
1.      Kantong (bag, bunt)
2.      Badan jaring
3.      Tepi jaring
4.      Pelampung (float)
5.      Tali pelampung (float line)
6.      Sayap (wing)
7.      Pemberat  (sinker, lead)
8.      Tali penarik (purse line)
9.      Tali cincin (purs ring)
10.  Selvage (srampatan) (Fiqrin, 2010).

2.3              Teknik Operasi Dengan Mengejar Gerombolan Ikan
1.      Pertama-tama harus menemukan gerombolan ikan. Ciri-ciri adanya gerombolan ikan biasanya ditandai dengan:
·         Adanya perubahan warna air laut, karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan air.
·         Ikan-ikan melompat-lompat dekat permukaan.
·         Adanya buih-buih dekat permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan ikan.
·         Burung-butung yang menukik dan menyambar di permukaan hal-hal tsb diatas biasanya terjadi pada saat senja atau pagi hari
2.      Setelah itu dilakukan pelingkaran jaring dengan menghadang arah renang ikan Pada waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan secepat mungkin, dengan tujuan agar gerombolan ikan segera terkepung.
3.      Penarikan tali kolor. Setelah kedua tepi jaring bertemu maka dilakukan penarikan tali kolor dengan maksud untuk mencegah ikan agar tidak lari ke arah bawah jaring. Sekarang ini penarikan tali kolor ada yang menggunakan roller.
4.      Penarikan tubuh jaring, float line. Ini ditarik jika bagian bawah jaring telah tertutup, dengan demikian semua pemberat telah berada di atas kapal.
5.      Pengambilan hasil tangkapan (Anonim, 2009).

2.4              Jenis Ikan Yang Tertangkap
1.      Madidihang (Yellowfin tuna)
2.      Tuna mata besar (Bigeye tuna)
3.      Cakalang (Skipjack tuna)
4.      Ikan layaran/Jangilus (Indo-Pacific sailfish)
5.      Tongkol krai (Frigate tuna)
6.      Tongkol como (Kawa-kawa/ Eastern little tuna)
7.      Tenggiri (Narrow-barred Spanish mackerel)
8.      Cucut botol (Longnose velvet dogfish)
9.      Cucut martil/capingan (Scalloped Hammerhead sharks, Wingehead)
10.  Cucut lanjam (Spinner shark)
11.  Layang/Benggol (Indian scad)
12.  Selar kuning (Yellowstripe scad)
13.  Sunglir (Rainbow runner)
14.  Kwee (Bigeye trevally)
15.  Tetengkek (Torpedo scad)
16.  Layang deles (Shortfin scad)
17.  Teri (Anchovies)
18.  Japuh (Rainbow sardine)
19.  Tembang (Goldstripe sardinella), dll (Septia, 2012).

 Jenis Penangkapan Ikan
Purse seine adalah alat yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang membentuk gerombolan. Purse seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.
Purse seine biasa disebut juga dengan jaring kantong karena bentuk jaring tersebut waktu dioperasikan menyerupai kantong. Pukat cincin kadang-kadang juga disebut jaring kolor karena pada bagian bawah jaring (tali ris bawah) dilengkapi dengan tali kolor yang gunanya untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kolor tersebut.
Purse seine tergolong dalam alat tangkap jaring lingkar dengan menggunakan tali kerut (purse line) yang terletak di bagian bawah jaring. Dengan adanya tali kerut memungkinkan jaring ditutup seperti pundi-pundi terbalik dan mengurung ikan yang tertangkap. Pukat cincin dapat berukuran sangat besar dan dioperasikan oleh satu atau dua buah kapal. Biasanya purse seine dioperasikan oleh satu kapal dengan atau tanpa bantuan kapal pembantu.

      Operasi Alat Tangkap
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah melingkari gerombolan ikan dengan jaring, sehingga jaring tersebut membentuk dinding vertikal, dengan demikian gerakan ikan ke arah horizontal dapat dihalangi. Setelah itu bagian bawah jaring dikerucutkan untuk mencegah ikan lari ke arah bawah jaring. Panjang purse seine bergantung pada dimensi kapal, waktu operasi, dan jenis ikan yang akan ditangkap. Bahan Jaring purse seine adalah sintetic fiber
Teknik operasi dengan menggunakan rumpon, yaitu dilakukan pelingkaran jaring dengan menghadang arah renang ikan. Pada waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan secepat mungkin, dengan tujuan agar gerombolan ikan segera terkepung. Setelah kedua tepi jaring bertemu maka dilakukan penarikan tali kolor dengan maksud untuk mencegah ikan agar tidak lari ke arah bawah jaring. Sekarang ini penarikan tali kolor ada yang menggunakan roller. Penarikan tubuh jaring, float line. Ini ditarik jika bagian bawah jaring telah tertutup, dengan demikian semua pemberat telah berada di atas kapal. Proses terakhir adalah pengambilan hasil tangkapan, penganmbilan ikan dengan menggunakan serok yang berukuran besar.
Pada malam hari, penangkapan ikan biasanya menggunakan alat bantu, yaitu lampu. Cahaya merangsang ikan dan menarik ikan untuk berkumpul pada sumber cahaya tersebut atau juga disebutkan karena adanya rangsangan cahaya, ikan kemudian memberikan responnya.
Menurut Irawan (2008) agar light fishing dapat memberikan daya guna yang maksimal, maka diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
·                     Mampu mengumpulkan ikan yang berada pada jarak jauh, baik secara horisontal maupun vertikal.
·                     Ikan-ikan tersebut diupayakan berkumpul ke sekitar sumber cahaya.
·                     Setelah ikan terkumpul, hendaklah ikan-ikan tersebut tetap senang berada dalam area sumber cahaya pada suatu jangka waktu tertentu ( minimum sampai saat alat tangkap mulai beroperasi ).
·                     Pada saat ikan-ikan tersebut berkumpul di sekitar sumber cahaya, diupayakan semaksimal mungkin agar ikan-ikan tersebut tidak melarikan diri ataupun menyebarkan diri.

Priadin (2012) mengatakan, dilihat dari tempat penggunaannya dapat dibedakan antara lain lampu yang dipergunakan di atas permukaan air dan lampu yang dipergunakan di dalam air. Perbandingan antara lampu yang dipasang di atas permukaan air dengan lampu yang digunakan di bawah permukaan air adalah sebagai berikut :
a.                   Lampu yang dinyalakan di atas permukaan air :
1.         Memerlukan waktu yang lebih lama untuk menarik ikan berkumpul.
2.         Kurang efisien dalam penggunaan cahaya, karena sebagian cahaya akan diserap oleh udara, terpantul oleh permukaan gelombang yang berubah-ubah dan diserap oleh air sebelum sampai kesuatu kedalaman yang dimaksud dimana swiming layer ikan tersebut berada.
3.         Diperlukan waktu yang lama supaya ikan dapat naik ke permukaan air dan dalam masa penerangan, ikan-ikan tersebut kemungkinan akan berserak.
4.         Setelah ikan-ikan berkumpul karena tertarik oleh sumber cahaya dan berada di permukaan, sulit untuk menjaga ikan tetap tenang, karena pantulan cahaya pada permukaan air yang terus bergerak.

b.                   Lampu yang dinyalakan di bawah permukaan air :
1.      Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan ikan lebih sedikit.
2.      Cahaya yang digunakan lebih efisien, cahaya tidak ada yang memantul ataupun diserap oleh udara, dengan kata lain cahaya dapat dipergunakan hampir seluruhnya.
3.      Ikan-ikan yang bergerak menuju sumber cahaya dan berkumpul, lebih tenang dan tidak berserakan, sehingga kemungkinan ikan yang tertangkap lebih banyak.

        Penanganan Hasil Tangkapan
Ikan yang telah mengalami proses penangkapan merupakan bahan mentah yang sangat rentan mengalami kerusakan. Oleh sebab itu perlu dilakukannnya penanganan untuk mencegah atau memperlambat kerusakan yang terjadi, sehingga dapat memuaskan para konsumen. Penanganan hasil tangkapan sangat penting dilakukan agar nilai jual dari ikan pasca panen tidak rendah dikarenakan kondisi fisik ikan yang sudah mengalami penurunan mutu.
Dari data yang kami peroleh langsung Pelabuhan Besuki Situbondo, nelayan setempat dari bagian kapal purse seine yang beroperasi memberi informasi bahwa tidak ada penanganan ikan pasca penangkapan dilakukan, baik itu dengan pemberian es balok untuk menjaga kualitas ikan ataupun dimasukkan ke dalam sebuah freezer atau lemari pembeku. Hal ini dikarenakan ikan pasca tangkap oleh nelayan Pelabuhan Besuki Situbondo langsung dijual kepada para pengepul dalam keadaan segar.Setelah dari para pengepul tersebut ikan langsung dijual kepada para konsumen yang berada di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Besuki Situbondo.

        Perawatan Kapal Dan Alat Tangkap
Kapal merupakan salah satu transportasi utama yang mendukung proses penangkapan ikan, khususnya jenis purseine yang dalam pengoperasisnnya dapat dilakukan dalam satu hingga dua kapal. Oleh karena itu perawatan kapal sangat penting dilakukan secara berkesinambungan untuk memperpanjang daya pakai dari kapal yang digunakan dalam pengoperasian purse seine.
Perawatan kapal yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat nelayan di Pelabuhan Besuki adalah sebelum keberangkatan para nelayan melakukan pengecekan jaring alat tangkap. Apabila terdapat jaring yang sobek dilakukan penjahitan atau penjurain pada jaring yang mengalami kerusakan akibat kesalahan atau kecelakaan yang terjadi dalam pengoperasian, dan dilakukan pula pengecetan body kapal jika warna dari kapal jenis purse seine yang digunakan untuk menangkap ikan tersebut dirasa sudah pudar warnanya karena pengecetan juga bertujuan agar body kapal tidak cepat rusak menyerap air. Perawatan kapal yang selanjutnya adalah melakukan pengecekan mesin, dan memebersihkan mesin kapal serta mengganti bagian alat yang sudah tidak layak untuk digunakan dan sudah rusak.

        Kendala Penangkapan Dengan Menggunakan Alat Tangkap

Berdasarkan anonim (2010), kendala yang dapat menghambat proses pengkapan adalah angin yang kuat, gelombang besar, cuaca, terang bulan.
Berdasarkan hasil observasi dipelabuhan besuki situbondo yang bias menjadi kendala proses penagkapan adalah kerusakan pada mesin dan biasanya mesin mati ditengah perjalanan


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Teknik dan Cara Operasi Alat Tangkap.
http://frezeries.blogspot.com. Di Akses 30 Mei 2012

Arman, veggy. Alat Tangkap Purse seine. http://veggyarman.blogspot.com. Di
Akses 30 Mei 2012

Ayodhyoa, A.U. 1972. Suatu Pengenalan Tentang Kapal Ikan. Fakultas
Perikanan IPB. Bogor.

Fiqrin, 2010. Alat Tangkap Purse Seine dan Bagin-bagianya.
http://fiqrin.wordpress.com. Di Akses 30 Mei 2012

Irawan, 2008. Cara Peletakan alat Bantu Penagkapan Lampu.
http://irawan89.blogspot.com. Di Akses 30 Mei 2012

Priadin, arif. 2012. Alat Bantu Penagkapan. http://arifapriadin.blogspot.com. Di
Akses 30 Mei 2012

Rahayu, Septia. 2012. Alat Tangkap dan Ikan Yang Ditangkap.
http://rahayuseptia.blogspot.com. Di Akses 30 Mei 2012