4.2.1
Persiapan Wadah
Persiapan wadah dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan
wadah pemeliharaan supaya
diperoleh lingkungan yang optimal sehingga ikan dapat hidup dan
tumbuh maksimal. Tahapan
persiapan wadah yang dilakukan meliputi: pengeringan kolam, pengapuran,
pemupukan, dan pengisian air.
Pengeringan kolam dilakukan dengan cara mengeringkan seluruh air yang ada di
dalam bak yang kemudian dibuang melalui outlet (saluran keluarnya air) dan
dijemur dibawah terik matahari. Kolam yang telah kering dilakukan pengapuran
yang bertujuan untuk meningkatkan pH tanah, membunuh bibit penyakit, dan ikan
liar yang masih hidup dalam kolam tersebut. Kapur yang digunakan adalah kapur
pertanian yaitu CaCO3 dengan dosis sekitar 20 g/m2.
Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar secara merata pada bagian dasar
kolam. Tahapan selanjutnya adalah pemupukan yang dilakukan untuk meningkatkan
unsur hara tanah sehingga dapat menumbuhkan pakan alami pada kolam tersebut.
Pupuk yang dipakai adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik seperti
kotoran ayam dan pupuk anorganik seperti urea dan TSP. Pemupukan dapat
dilakukan dengan cara disebar secara merata atau disebar hanya pada bagian
tertentu pada dasar kolam.
Tahapan akhir pada persiapan wadah adalah pengisian air pada kolam. Sebelum air
dimasukkan, pintu pembuangan air harus ditutup terlebih dahulu untuk mencegah
hama dan ikan-ikan lain tidak masuk ke kolam. Air dimasukkan dengan cara
dipompa dari bak penampungan air ke bak pembesaran ikan lele.
4.2.2
Penebaran Benih Ikan Lele
Sebelum benih ditebar harus diukur
panjang dan ditimbang bobot tubuhnya untuk mengetahui biomassa dan jumlah pakan
yang harus diberikan pada ikan. Perbedaan kualitas air antara media
pemeliharaan larva dengan media pembesaran benih mengakibatkan benih perlu
diadaptasikan (aklimatisasi) terlebih dahulu terhadap kondisi kualitas air
(suhu dan pH) dalam wadah pemeliharaan. Proses aklimatisasi dilakukan dengan
cara mengapungkan wadah pengangkutan larva di atas air pada wadah pemeliharaan
dan membiarkannya selama beberapa menit agar larva bisa menyesuaikan dirinya
terhadap lingkungan yang baru.
Hal lain yang perlu diperhatikan selain aklimatisasi adalah padat penebaran.
Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan yang ditebar dalam wadah budidaya per
satuan volume atau luas. Pada praktikum ini penebaran dilakukan dengan padat
tebar sebanyak 2500 ekor. Padat penebaran ditentukan oleh beberapa
faktor, antara lain jenis dan tingkah laku ikan, ukuran ikan, ukuran pasar,
lama pemeliharaan, produktivitas kolam alami, pakan dan tingkat pemberian
pakan, dan metode budidaya. Padat penebaran sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele.
4.2.3
Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan setiap
hari dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu
pada pagi, siang, dan malam hari. Pakan yang diberikan adalah pakan buatan
berupa pellet. Jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan biomassa ikan
yang telah diketahui pada saat sampling. Semakin besar bobot tubuh ikan, maka
semakin kecil FR. Pakan diberi dengan cara ditebar di permukaan kolam
pemeliharaan.
4.2.4
Pengelolaan Air
Pengelolaan air bertujuan untuk menyediakan lingkungan hidup yang optimal
bagi larva untuk berkembang, tumbuh sehingga diperoleh kelangsungan hidup dan
pertumbuhan yang maksimum. Pada praktikum ini, kegiatan pengelolaan kualitas
air yang dilakukan pada wadah pemeliharaan adalah pengukuan pH, oksigen
terlarut (DO) , dan pergantian air.
Pengukuran pH dan oksigen terlarut bertujuan untuk mengukur kesesuaian kadar oksigen
dan pH. Jika pH terlalu basa ataupun asam akan menyebabkan pertumbuhan ikan
terganggu bahkan dapat mengakibatkan kematian ikan. Pergantian air bertujuan
untuk membuang feses, amonia, CO2 dan sebagainya ke luar wadah
pemeliharaan. Bahan-bahan yang tidak bermanfaat biasanya mengendap di dasar
wadah pemeliharaan dan untuk mengeluarkannya dilakukan dengan cara
penyiponan/membuangnya ke luar wadah pemeliharaan. Air yang ikut terbuang
diganti dengan air baru sehingga pemeliharaan kembali segar. Selain itu diupayakan
penggunaan probiotik dan red bluedog untuk menjaga kualitas air agar tetap
sesuai dengan tingkat kelangsungan hidup ikan.
4.2.5 Pemantauan Pertumbuhan
Pemantauan ikan lele dilakukan dengan cara visualisasi,
yaitu dengan menggunaan panca indera dilihat dari segi keseatan ikan dan
kualitas air.
4.2.6
Analisa Data
Analisa data dapat dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal, yaitu tingkat kelangsungan hidup, konversi pakan,
laju pertumbuhan harian, dan pertumbuhan mutlak.
4.2.6.1
Tingkat Kelangsungan Hidup
Survival Rate (SR)
atau tingkat kelangsungan hidup adalah persentase jumlah ikan terakhir yang
bertahan hidup dari jumlah ikan awal. Tingkat kelangsungan hidup ikan
lele dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
SR = Nt x 100 %
= 2000
x 100 %
No 2500
= 0,8 x 100 % = 80%
Keterangan
: SR : Tingkat kelangsungan hidup larva
Nt :
Populasi ikan hari ke-t
No : Populasi ikan hari ke-o (awal)
4.2.6.2
Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan parameter yang digunakan untuk melihat pertumbuhan
yang terkait dengan jumlah pakan yang diberikan, yaitu mengetahui jumlah berat
makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan atau penambahan berat badan ikan. Untuk menghitung
efisiensi pakan (EPP) dan konversi pakan (FCR) digunakan rumus sebagai berikut
:
Keterangan
:
Wi
: Biomassa ikan pada hari ke-i (kg)
Wo
: Biomassa ikan pada hari ke-o (kg)
Pa = Jumlah
pakan yang diberikan (kg)
Wm = Biomassa
ikan yang mati (kg)
4.2.6.3
Laju Pertumbuhan Harian
Specific growth rate (SGR) atau
laju pertumbuhan spesifik merupakan laju petumbuhan harian atau persentase
pertambahan bobot per hari. Bobot dan panjang ikan lele akan bertambah selama
masa pembesaran.
4.2.6.4
Pertumbuhan Mutlak
Pertambahan bobot rata-rata tiap hari disebut growth rate (GR) atau
pertumbuhan mutlak.